Apa yang harus dilakukan Bila Anak Mulai Bisa Berbohong
Pada suatu hari dua orang kakak beradik sedang bermain di dalam rumah. Mereka berlari kesana kemari sambil tertawa dengan riang gembira. Tiba-tiba terdengar suara,”prrang!!!”. Sebuah piring jatuh dari atas meja. Lalu sang Mama bertanya dengan nada marah,”Siapa yang menyenggolnya!!!?” Dua orang kakak beradik itu tidak ada yang mau mengaku. Bahkan mereka berdua menuduh satu sama lain, dan tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya, sang Mama pun menghukum mereka berdua dengan tidak memberikan uang saku, sebagai ganti piring yang pecah tadi.
Menghadapi anak yang sudah mulai bisa berbohong memang tidak mudah. Banyak orang tua dibuat cemas dalam menghadapi anak yang suka berbohong seperti ini. Tidak jarang mereka lari ke seorang psikiater untuk “menyembuhkan” sang anak. Saya akan memberikan beberapa tips, untuk mengatasi anak yang sudah mulai bisa berbohong.
1. Menjadi Teladan Kejujuran
Kebohongan yang dilakukan oleh seorang anak tentu ada sebabnya. Bila itu mulai terjadi pada diri buah hati kita, yang pertama kita lakukan adalah mencari sebab dari kebohongan yang dilakukan oleh buah hati kita. Dan marilah kita mencoba merenungkan pada diri kita sendiri. Apakah kita pernah mengajarkan kebohongan? Kita mungkin merasa tidak pernah mengajarkan hal yang tidak baik kepada buah hati kita. Namun pernahkah kita misalnya mengatakan,”Dek, nanti kalau ada temen Mama yang telfon, bilang Mama sedang pergi ya…. “ Padahal sang Mama tidak pergi kemana-mana. Dari kasus di atas kita sama dengan mengajarkan anak berbohong, walaupun secara tidak sadar. Kita telah membuat anak berpikir kalau berbohong itu tidak apa-apa, karena kita yang seharusnya jadi teladan, mengajarkan hal yang demikian.
2. Mengajarkan Nilai Kejujuran dan Buruknya kebohongan
Ada banyak cara mengajarkan nilai kejujuran kepada sang buah hati. Kita bisa mengajarkannya dengan caramengajarkan lagu yang memiliki pesan tentang nilai kejujuran, atau mendongengkan anak tentang cerita yang memiliki pesan tentang nilai kejujuran. Kita juga bisa juga mengambil cerita-cerita dari buku-buku agama, khususnya yang diperuntukkan bagi anak-anak. Atau bisa juga menamkan nilai kejujuran dengan berkata,”Berbohong itu dosa”, “Allah menyayangi anak yang jujur”, “Mama sedih kalau adek berbohong….”, dan masih banyak lagi. Cukup kata-kata yang singkat saja, namun bisa memberikan alasan yang kuat mengapa berbohong itu tidak baik.
3. Mengajarkan Kesederhanaan dan Rasa Bersyukur
Tidak hanya orang dewasa, anak kecil pun mempunyai gengsi. Biasanya semakin besar gengsi orang tua, gengsi anak pun demikian juga. Dan biasanya, anak yang memiliki gengsi yang tinggi lebih sering berbohong. Terutama di hadapan teman-teman mereka. Misalnya, pada saat ada salah satu temannya yang bercerita, “Aku punya mainan Ben Ten yang terbaru lho…. “. Lalu si kecil menjawab,”Aku juga punya. Aku malah punya yang lebih besar dari punyamu.” Padahal kita tidak pernah membelikan mainan seperti yang anak kita ceritakan kepada temannya itu. Hal itu dilakukan oleh sang buah hati, karena dia ingin dipuji dan sadar atau tidak sadar agar gengsinya tidak “turun”. Maka dalam hal ini, kita sebagai orang tua, harus bisa memberikan pelajaran kepada si kecil akan indahnya kesederhanaan dan rasa bersykur. Tanamkanlah di dalam hati anak akan nilai-nilai kesederhanaan dan rasa syukur mulai dari diri kita sendiri. Misalnya, dengan membeli baju yang terlalu mahal, menghindari belanja barang-barang yang tidak penting, menjauhi gaya hidup konsumtif, tidak banyak mengeluh di hadapan anak-anak, lebih banyak bersyukur meski dalam keadaan yang sulit. Hal ini akan memberikan motivasi tersendiri bagi sang buah hati untuk tumbuh menjadi anak yang jujur.
4. Menghindari Marah Yang Tidak Perlu dan Tidak Pada tempatnya.
Adakalanya kita marah, ada kalanya kita lembut kepada anak. Namun jangan sampai kita selalu marah, di saat buah hati kita melakukan kesalahan. Karena anak yang terlalu sering dimarahi, biasanya juga akan cenderung suka berbohong. Untuk apa? Masih berhubungan dengan gengsi anak tadi, yaitu agar dia tidak dimarahi oleh oleh orang tuanya. Maka dari itu, hindarilah marah yang tidak perlu. Sebagai orang tua, seharusnya kita lebih bisa bersikap dewasa dalam mencari akar pemasalahan, bukan langsung menghakimi dengan kemarahan. Setelah akar permasalahan ditemukan, kita bisa memberikan nasihat-nasihat yang positif. Karena di dalam keadaan “tenang” sang anak lebih bisa menerima nasihat. Selain itu kita juga harus menghindari memarahi anak di depan umum, terutama di depan teman-temannya. Karena sang anak akan merasa harga dirinya “diinjak-injak.”
5. Menanamkan Rasa Percaya Diri Yang Kuat
Bila anak mulai melakukan kesalahan, sebaiknya kita lebih banyak memberikan motivasi kepada anak untuk melakukan hal-hal yang baik. Misalnya, “Lain kali lebih berhati-hati ya…, Lain kali jangan lari-lari di dalam rumah…. Kalau Adek rajin belajar, pasti bisa dapet nilai bagus…. Setiap orang pasti pernah salah, jadi belajarlah dari kesalahan…. “ Masih banyak kata-kata motivasi yang lain yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Rasa percaya diri juga bisa kita tanamkan dalam bentuk pujian-pujian kepada sang anak.
6. Menjaga Kepercayaan Anak Kepada Orang tua
Seperti di dunia kerja, kepercayaan adalah mahal harganya. Bila kita bisa menjaga kepercayaan dengan teman-teman dan bos kita, maka kita pun akan semakin baik dalam berkarir. Namun bila kepercayaan itu sudah tidak ada, maka hancurlah karir kita di tempat kita bekerja. Maka dari itu, jagalah kepercayaan antara diri kita dengan sang buah hati.Kita jangan hanya menuntut anak menjadi “orang kepercayaan” kita, namun sang anak pun sebenarnya juga menginginkan hal yang sama. Untuk menjaga kepercayaan anak kepada kita, kita harus bisa menjaga privasi anak, misalnya untuk tidak mengatakan keburukan-keburukan anak kepada orang lain, terutama di hadapan sang buah hati. Bila sang anak tahu kalau orang tuanya sering menjelek-jelekkan dirinya di hadapan orang lain, sang anak pun akan merasa gengsinya turun. Dan hal ini bisa memicu anak untuk melakukan kebohongan-kebohongan demi meningkatkan “nama baik”.
7. Berfantasi tidak sama dengan berbohong
Kadang buah hati kita bercerita hal-hal yang tidak mungkin dan tidak nyata. Namun kita tidak usah khawatir dalam hal ini, karena berfantasi adalah hal yang wajar dialami oleh seorang anak. Jadi jangan sampai kita memvonis anak sebagai pembohong bila menghadapi hal ini. Jangan sampai kita membatasi fantasi anak karena kita telah memvonis anak sebagai pembohong dan membuatnya tertekan. Kita harus bisa menghadapi dengan wajar dan mengarahkan fantasi itu ke arah yang baik. Untuk lebih jelasnya bisa baca “MENGARAHKAN FANTASI ANAK”.
SUMBER:
LAGU2ANAK.BLOGSPOT.COM
Komentar
Posting Komentar